Judul : IMPIAN YANG TERTUNDA
Penulis : FRITA IKA NURMAYA
BAGIAN PERTAMA
1 Pertemuan Pertama
Tiba-tiba dia datang di hadapannya dan
mengatakan aku cinta padamu, dan menginginkan si gadis untuk menerimanya
sebagai kekasihnya. gadis itupun menerima pernyataan cintanya. Merekapun
perlahan-lahan mendekat satu sama lain. Jarak keduanyapun begitu dekat dan
kedua bibir mereka hampir bersentuhan. Dan......
“Gadis!!!”, teriak seorang ibu
Kemudian si gadis terbangun dengan tergagap-gagap,
diapun mendesah, “Ah, ternyata hanya mimpi. Kenapa sih bunda selalu
membangunkanku sekarang, padahal kurang sebentar lagi.”
“Ah, andaikan ini semua bukan mimpi”,
lamunnya.
“Gadis!! Cepat bangun! Apa kau tidak
mengerti kalau ini sudah jam setengah tujuh? Kau pasti akan terlambat kalau kau
tidak segera bangun”, teriak bunda Gadis yang saat itu sedang mengurus adik Gadis
yang bernama Aji. Seperti biasa Bundanya sedang mempersiapkan segala keperluan
adiknya untuk pergi ke sekolah. Padahal sekarang adiknya sudah menginjak kelas
III SD Generasi Muda, namun bundanya sangat memanjakannya. Gadis pun terkadang
heran kenapa bundanya memperlakukan adik kesayangnnya seperti itu.
“ayo cepatlah turun dan sarapan”, teriak
bunda.
Saat mendengar suara bundanya Gadis pun
terperanjat dan segera meluncur ke kamar mandi, dan dalam sekejap Gadis pun
siap untuk berangkat ke sekolah. Tanpa menghiraukan perkataan bundanya yang
menyuruhnya untuk sarapan terlebih dahulu, Gadis segera menyabet sepeda fixie-nya.
“Maaf Bunda aku akan makan di sekolah saja”, ucapnya.
Ibunya pun hanya menggelengkan kepala
melihat perilaku anaknya itu.
Gadis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, dan dia adalah putri kesayangan ayahnya, Pak Daniel. Karena Gadis
adalah putri satu-satunya dalam keluarga. Dia masih duduk di kelas 2 SMAN 1
Kencana, yang merupakan sekolah terfaforit di kotanya, Tulungagung.
Sedangkan kakaknya, Ariel, sudah
berkeluarga dan sekarang mendiami salah satu rumah sederhana di perumahan Bumi
Asih, kota Malang. Kakaknya bekerja di sebuah perusahaan sebagai enginer. Istri
kakaknya, Dyah Ayu, bekerja sebagai menajer di sebuah mall ternama di kota
tersebut, Marine. Putra semata wayangnya, Raka, sekarang berumur 2 tahun lebih
3 bulan.
Gadis mengayuh sepedanya dengan sekuat
tenaga. Dan dalam sekejap dia tiba di depan gerbang sekolah. Terlihat olehnya
sebuah gerbang sekolah yang perlahan-lahan menutup. Dan .... gubrak. Gadis pun
menabrak gerbang sekolah dengan kerasnya.
“Aduh”, rintih Gadis sambil memegang
tangannya yang kesakitan tertimpa sepedanya.
Penjaga sekolah, Pak Madi, yang melihat
kejadian itu terperangah dan menggelengkan kepalanya. Kemudian Pak Madi membuka
gerbang dan membantunya berdiri.
“piye to Mbak Gadis, kok telat lagi. Mbak
Gadis gak apa apa tow?”, tanya Pak Madi.
“gak pa pa, pak. Terima kasih, pak.”
“iya, mbak. Cepetan masuk mbak! bel udah
berbunyi dari tadi”
“Terima kasih, Pak”, ujar Gadis sambil
berjalan menuntun sepedanya ke tempat parkir.
“You are welcome, miss Gadis”, sahut pak
Madi dengan gaya medoknya. Pak Madi baru sebentar mempelajari bahasa inggris
dari buku yang diberikan oleh Gadis dua bulan yang lalu. Selain itu setiap ada
jam pelajaran kosong, Gadis selalu menyempatkan diri untuk memberikan les
gratis kepada Pak Madi yang tertarik untuk mempelajari bahasa inggris. Supaya
tidak katrok katanya.
Setelah memarkir sepedanya, Gadis berlari
menuju ruang piket. Kemudian Gadis meminta surat ijin masuk kelas kepada guru
piket.
“Bu, saya ingin meminta surat ijin masuk
kelas.”
Guru yang bertugas pun sudah hafal dengan
kebiasaan Gadis yang sering terlambat datang ke sekolah. Kebetulan salah satu
guru piket yang bertugas waktu itu adalah Bu Ratri, guru yang menurutnya agak
cerewet. Bu Ratri memberikan poin untuk kesekian kalinya karena
ketidakdisiplinannya dan tentu saja menguliahinya dengan berbagai macam nasehat
yang biasa ia dengar sehari-hari. Point pelanggaran Gadis saat ini sudah
mencapai 40 poin. Entah sejak kapan Gadis memiliki kebiasaan telat datang ke
sekolah.
Setelah jalan tergesa-gesa Gadis sampai di
kelasnya, kelas XI A. Kelas XI A merupakan kelas unggulan dari seluruh kelas
XI. Semua siswa di kelas ini memang pintar namun mereka termasuk siswa-siswa
yang membosankan. Karena mereka hanya membenamkan dirinya dalam tumpukan
buku-buku dan jarang bersosialisasi dengan siswa kelas lain, kecuali Gadis dan
Rima, teman sebangkunya. Mereka sangat kompak dalam segala hal.
Gadis melihat situasi dan kondisi dalam
kelas melalui jendela. Setelah ia merasa kondisi aman, Gadis memasuki kelasnya dengan
mengendap-endap. Gadis meletakkan ujung jari telunjuknya ke mulut. Temannya pun
tak ada yang bersuara. Dia berjalan menuju bangkunya dengan perlahan. Namun Bu
Feni, guru matematika kelaas XI-2, mengetahui kedatangannya saat itu.
“Gadis, kemana kau akan pergi? Cepat maju
ke depan”, perintah Bu Feni.
“Iya, Bu”, sahut Gadis sambil tersenyum
memandang wajah Bu Feni yang terlihat kesal.
Sambil menahan malu Gadis maju ke depan
kelas.
“Berikan surat ijin yang kamu bawa itu!”.
Bu Feni menerima surat ijin tersebut.
“Bangun kesiangan lagi”, kata Bu Feni
dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan seperti biasanya Bu Feni memberikan
hukuman kepada Gadis.
“Berdiri di samping papan tulis, angkat
satu kakimu dan taruh tanganmu di kedua telingamu. Jangan berhenti sampai jam
pertama usai”, kata Bu Wanda.
“Iya, Bu”, sahut Gadis. Namun hukuman
tersebut dianggap terlalu enteng baginya. Diapun sangat menikmati hukuman yang
diterimanya.
Jam pertamapun usai. Akhirnya Gadis
diperintahkan Bu Feni untuk duduk di kursinya.
“Gadis, jam pelajaran pertama sudah
berakhir. Kembalilah ke tempat dudukmu!”
“Iya, Bu”, sahut Gadis dengan lemas. Gadis
pun kembali ke tempat duduknya. Tempat duduknya berada di barisan ke tiga.
Gadis sebangku dengan Rima, teman terdekatnya.
“baiklah kita lanjutkan dengan mempelajari
materi fungsi kuadrat. .....”, jelas Bu Feni.
Gadis beranjak ke tempat duduknya dan
mengikuti pelajaran Bu Feni. Gadis mengeluarkan dan membuka buku matematikanya.
Gadis berusaha memahami materi yang sedang diajarkan. Gadis termasuk pintar
dalam pelajaran matematika. sehingga dia tak terlalu khawatir dengan
ketertinggalannya dalam pelajaran. Dia selalu mendapat nilai yang memuaskan
dalam matematika. Gadis termasuk anak kesayangan Bu Feni, namun juga sangat
menyebalkan.
Sementara Gadis dan Rima terlihat bosan
dengan penjelasan Bu Feni yang terkesan monoton. Terkadang Gadis hanya menguap
dan mengantuk saat Bu Feni menjelaskan materi pelajaran.
Setelah 45 menit berlalu, kemudian Bu Feni
mengakhiri kelasnya hari itu. “Cukup sekian pelajaran hari ini. Saya akhiri, Assalamu
‘alaikum warohmautllohi wabarokatuh”.
“Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh”,
jawab seluruh siswa.
Dan pelajaran matematika hari itu berakhir.
“Huft, capek banget”, bisik Gadis kepada
Rima. “Minta air mineralnya, dong Ma!”
“Ok, nih”, sambil Rima memberikan botol
yang berisi air minum kepada Gadis.
Kebetulan hari itu Pak Arman berhalangan
hadir. Namun Pak Arman memberikan beberapa tugas untuk dikerjakan.
Semua siswa kelas itu sedang serius
mengerjakan semua tugas yang diberikan (ya iyalah namanya aja kelas favorit),
kecuali Gadis dan Rima. Mereka mengerjakan sebagian tugas yang diberikan dan melanjutkannya dengan
mengobrol.
Dan kemudian Pak Mario memasuki kelas,
“selamat pagi semua!”, salam Pak Mario sambil tersenyum seperti biasa. Pak
Mario merupakan guru favorit Gadis dan Rima, karena menurut mereka beliau
adalah sosok guru yang memahami keluh kesah mereka berdua.
“Selamat Pagi, Pak!”, sahut Gadis dan Rima
dengan kompaknya. Sementara siswa lain hanya mengerjakan tugasnya tanpa
menghiraukan kedatangan Pak Mario.
“Ada apa, Pak?”, tanya Rima.
“Ada Pengumuman yang akan saya beritahukan.
Kali ini kelas XI-2 akan mendapatkan teman baru, pindahan dari Kota Bandung.
Silakan masuk!” kata Pak Mario kepada anak baru tersebut.
Kemudian sosok itupun muncul. Semua siswa
memperhatikan anak laki-laki itu dengan kagetnya. Tak terkecuali Gadis dan
Rima. Merekapun terpana melihat siswa baru tersebut.
“Perkenalkan dirimu kepada teman-temanmu!”
kata Pak Mario.
“Baik, terima kasih Pak. Hallo nama saya
Aldo Ferdiansyah. Saya murid pindahan dari kota Bandung. Salam kenal”
“Salam kenal juga”, ujar Rima. Sedangkan
Gadis tetap terpesona dengan ketampanan Aldo.
“Aldo, duduklah di bangku yang kosong itu!”
“Baik, Pak. Terima kasih”
Kemudian Aldo berjalan menuju tempat duduk tersebut.
Kebetulan tempat duduk yang dimaksud pak
Mario tersebut berada tepat di depan bangku Gadis. Gadis dan Rima begitu
senang.
“ok, kerjakan tugasmu dan jangan rame!”,
Pak Mario.
“Iya, Pak! Jawab semua siswa kelas XI
dengan serentak.
Bagi Gadis dan Rima, Aldo terlihat menarik.
Karena Aldo memang tampan dan bertampang cool.
Saat Pak Guru keluar kelas, semua cewek,
tak terkecuali Gadis dan Rima berusaha untuk memperkenalkan dirinya kepada
Aldo. Namun Aldo tampak bersikap cuek dan hanya menjabat tangan semua teman
barunya. Gadis dan Rima bersikap sok akrab dan memperkenalkan diri.
“Halo, perkenalkan namaku Gadis dan dia
Rima. Selamat datang di kelas kami!” kata Gadis sambil mengulurkan tangan
kanannya.
Aldo tak menanggapi Gadis.
Gadis mengulang perkenalannya. Namun Aldo
tak juga menanggapi Gadis dan Rima. Gadis merasa kesal karena perkataannya
tidak mendapat tanggapan yang baik dari Aldo.
Gadis tidak tahan melihat sikap Aldo yang
acuh tak acuh. Dia pun berkata, “ Hei, kenapa kau tidak menjawabku?”
Aldo yang merasa terganggu akhirnya
berkata, “Jangan menggangguku dan pergilah dari hadapanku”
Gadis tak percaya dengan apa yang sudah
didengarnya tadi. Dia tak menyangka kalau lelaki seperti Aldo yang tampak perfect bisa berkata sekasar itu. Tentu
saja Gadis merasa tersinggung dengan perkataan Aldo. Dia mulai membalasnya dengan berkata, “Hei, yang sopan dong kalau
ngomong sama orang. Kamu kan anak baru di sini”
Aldo hanya sibuk dengan headset-nya.
Gadis semakin tak tahan dengan perilaku
Aldo sehingga dia ingin melayangkan sebuah pukulan untuk memberikan pelajaran
bagi Aldo. Namun hal ini dicegah oleh Rima. Rima mengajak Gadis keluar kelas
untuk menenangkan Gadis yang terlampau kesal dengan sikap Aldo. Sedangkan Aldo
terlihat sedang mendengarkan mp3-nya.
Gadis dan Rima menuju kantin.
“Ih, kok ada sih cowok yang sombong kayak
gitu”, ucap Gadis
“Iya, tapi dia ganteng kan”, sahut Rima
“Ganteng sih ganteng, tapi perilakunya itu
low amit-amit”, kata Gadis
“Awas low, kalau kamu terlalu benci sama
dia. Kamu bisa jatuh cinta loh!”, goda Rima
“jangan sampek deh aku jatuh cinta ma dia”,
kata Gadis
No comments:
Post a Comment